
Pernahkah kamu menemukan benjolan aneh di sekitar leher, ketiak, atau lipatan paha namun tidak terasa sakit atau nyeri sama sekali? Jika pernah, bisa jadi itu merupakan gejala utama limfoma. Secara sederhana, limfoma adalah kanker yang menyerang sistem limfatik atau kelenjar getah bening dalam tubuh. Penyakit ini terjadi ketika sel-sel darah putih yang disebut limfosit mengalami mutasi genetik dan berkembang secara tidak terkendali. Akibatnya, limfosit abnormal ini menumpuk di kelenjar getah bening di berbagai bagian tubuh dan mendesak sel-sel sehat untuk keluar, sehingga mengganggu fungsi normal dari sistem kekebalan tubuh.
Menariknya, di Indonesia sendiri, limfoma menempati posisi yang signifikan dalam angka statistik penyakit kanker. Menurut data GLOBOCAN 2020, terdapat 16.125 kasus baru limfoma non-Hodgkin di Indonesia, yang meliputi 4,1% dari seluruh kasus kanker dan menempati peringkat ke-7. Sementara itu, limfoma Hodgkin mencatat 1.047 kasus baru di Indonesia atau sekitar 0,3% dari seluruh populasi kanker.
Jenis-Jenis Limfoma
ada dua jenis utama limfoma yang perlu dibedakan, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Masing-masing jenis memiliki karakteristik, perkembangan, dan metode pengobatan yang berbeda.
1. Limfoma Hodgkin
Limfoma Hodgkin adalah jenis limfoma yang ditandai dengan adanya sel abnormal khusus yang disebut sel Reed-Sternberg. Sel-sel ini adalah limfosit abnormal berukuran besar yang mungkin mengandung lebih dari satu nukleus. Kehadiran sel Reed-Sternberg ini menjadi penanda diagnostik yang sangat penting untuk membedakan limfoma Hodgkin dari jenis limfoma lainnya.
Di negara-negara maju, limfoma Hodgkin klasik (cHL) adalah subtipe yang paling umum, terhitung lebih dari 9 dari 10 kasus limfoma Hodgkin. Limfoma Hodgkin klasik dapat dibagi lagi menjadi empat subtipe berdasarkan karakteristik sel kankernya:
- Sklerosis nodular HL (NSCHL) – ini adalah subtipe yang paling sering terjadi
- Seluleritas campuran HL (MCCHL) – terdiri dari campuran berbagai jenis sel
- Lymphocyte-rich HL – didominasi oleh limfosit normal dengan sedikit sel Hodgkin
- Lymphocyte-depleted HL – karakternya sangat langka dan agresif
Selain limfoma Hodgkin klasik, ada juga jenis yang disebut Dominan Limfosit Nodular HL (NLPHL) yang mempengaruhi sekitar 5% pasien dengan limfoma Hodgkin. Jenis ini ditandai dengan sel-sel dominan limfosit yang dikenal sebagai sel popcorn, tumbuh lebih lambat, dan memerlukan pendekatan pengobatan yang berbeda dari limfoma Hodgkin klasik.
2. Limfoma Non-Hodgkin
Berbeda dengan limfoma Hodgkin, limfoma non-Hodgkin adalah penyakit yang jauh lebih heterogen. Artinya, limfoma non-Hodgkin memiliki variasi subtipe yang sangat banyak, hingga lebih dari 60 subtipe yang berbeda. Keberagaman ini berdasarkan pada tipe sel (sel B, sel T, atau sel NK), lokasi penyakit (nodal atau ekstranodal), dan tingkat agresivitas tumor.
Limfoma sel B adalah subtipe limfoma non-Hodgkin yang paling umum, mencakup sekitar 85% dari semua kasus limfoma non-Hodgkin. Beberapa jenis limfoma non-Hodgkin yang sering dijumpai termasuk limfoma folikular, limfoma sel B besar difus (DLBCL), limfoma Burkitt, dan limfoma sel mantel.
Dalam kasus yang jarang, limfoma non-Hodgkin juga dapat terjadi pada limfosit T yang berfungsi untuk menyerang dan menghancurkan benda asing secara langsung. Subtipe limfoma non-Hodgkin yang mempengaruhi sel T termasuk limfoma sel T kulit dan limfoma sel T perifer.
Limfoma non-Hodgkin dapat diklasifikasikan berdasarkan laju perkembangan penyakit menjadi dua kategori utama:
- Limfoma indolen – yaitu limfoma yang pertumbuhannya lambat, seperti limfoma folikular (FL), yang mungkin tidak menunjukkan gejala signifikan dalam waktu yang lama
- Limfoma agresif – yaitu limfoma yang tumbuh dengan cepat dan biasanya memerlukan pengobatan segera, seperti limfoma sel B besar difus (DLBCL)
Perbedaan penting antara kedua jenis limfoma ini adalah bahwa limfoma non-Hodgkin tidak memiliki sel Reed-Sternberg yang merupakan karakteristik dari limfoma Hodgkin.
Dari segi epidemiologi, data menunjukkan bahwa limfoma non-Hodgkin jauh lebih umum terjadi dibandingkan limfoma Hodgkin. Secara global, limfoma non-Hodgkin menyumbang 2,8% dari seluruh diagnosis kanker, sedangkan limfoma Hodgkin jauh lebih jarang dengan insidensi sekitar 2,6 kasus per 100.000 orang di Amerika Serikat.
Gejala-Gejala Limfoma yang Perlu Kamu Waspadai

Gejala limfoma dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan penyakit, jenis limfoma yang diderita, dan organ mana yang terpengaruh. Penting untuk diingat bahwa limfoma mungkin tidak selalu menimbulkan gejala pada tahap awal, namun dokter mungkin menemukan gejala limfoma seperti pembesaran kelenjar getah bening selama pemeriksaan fisik rutin.
1. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening
Gejala utama dan paling umum yang dialami oleh penderita limfoma adalah pembengkakan kelenjar getah bening. Benjolan ini biasanya terasa seperti benjolan kecil dan lunak di bawah kulit. Pembengkakan ini umumnya terjadi pada leher, ketiak, dan lipatan paha, meskipun bisa juga muncul di area lain pada tubuh. Berbeda dengan benjolan kanker solid lainnya, kelenjar getah bening yang membengkak karena limfoma biasanya dapat digerakkan dan tidak menyebabkan rasa sakit.
2. Demam dan Keringat Di Malam Hari
Dua gejala lain yang sering muncul pada penderita limfoma adalah demam dan berkeringat pada malam hari. Demam dapat terjadi karena adanya infeksi di dalam tubuh, namun pada kasus limfoma, demam muncul karena sel limfoma menghasilkan zat kimia tertentu yang meningkatkan suhu tubuh. Demam ini bersifat berulang dengan suhu tubuh yang naik turun secara tidak teratur.
Keringat malam hari yang berlebihan juga merupakan gejala yang perlu diperhatikan. Beberapa penderita melaporkan bahwa keringat yang keluar sangat banyak hingga membasahi pakaian atau tempat tidur mereka.
3. Penurunan Berat Badan dan Kelelahan
Penurunan berat badan yang drastis tanpa sebab yang jelas adalah gejala lain yang sering dijumpai pada penderita limfoma. Penurunan berat badan ini bisa terjadi karena sel kanker memengaruhi metabolisme tubuh dan mengurangi efisiensi sistem pencernaan.
Selain itu, rasa lelah yang berlebihan juga merupakan gejala umum yang perlu kamu perhatikan. Beberapa penderita menggambarkan kelelahan ini sebagai kelelahan yang tidak kunjung hilang, bahkan setelah istirahat yang cukup. Kelelahan ini disebabkan oleh tubuh yang bekerja lebih keras melawan sel kanker sambil mencoba mempertahankan fungsi normal.
4. Gejala Tambahan Lainnya
Selain gejala-gejala di atas, limfoma juga dapat menyebabkan berbagai gejala tambahan yang perlu kamu ketahui:
- Gatal-gatal pada kulit tanpa adanya ruam yang terlihat jelas atau riwayat alergi sebelumnya
- Batuk yang berkepanjangan, terutama jika kanker telah menyebar ke paru-paru
- Sesak napas atau napas pendek yang dapat menunjukkan keterlibatan paru-paru atau mediastinum
- Kehilangan selera makan yang menyebabkan asupan makanan berkurang
- Nyeri pada bagian perut yang dapat menunjukkan keterlibatan organ dalam
- Perut membengkak atau merasa kenyang meskipun baru sedikit makan, karena adanya pembesaran limpa atau hati
- Sakit kepala, pusing, atau bahkan kejang dalam kasus yang langka jika kanker telah menyebar ke otak atau sistem saraf
Perlu dipahami bahwa gejala-gejala yang ada dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan stadium kanker. Beberapa orang mungkin mengalami banyak gejala, sementara yang lainnya mungkin hanya mengalami beberapa gejala saja. Jika kamu mengalami salah satu atau beberapa gejala ini secara terus-menerus selama lebih dari dua minggu, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
Faktor Apa Saja yang Dapat Meningkatkan Risiko Seseorang Terkena Penyakit Ini?
Meskipun penyebab pasti limfoma masih belum sepenuhnya dimengerti oleh para ahli medis, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan penyakit ini. Memahami faktor-faktor risiko ini dapat membantu kamu melakukan langkah-langkah preventif yang tepat dan mempertahankan gaya hidup yang sehat.
A. Faktor Risiko Limfoma Non-Hodgkin
- Penyakit autoimun menjadi salah satu faktor risiko utama untuk limfoma non-Hodgkin. Orang dengan penyakit autoimun tertentu, seperti rheumatoid arthritis, penyakit celiac, dan penyakit autoimun lainnya, memiliki peningkatan risiko untuk mengembangkan limfoma.
- Usia juga memainkan peran penting dalam risiko limfoma. Limfoma paling sering terjadi pada orang yang lebih tua, terutama mereka yang berusia di atas 55 tahun. Namun, perlu dicatat bahwa beberapa jenis limfoma tertentu lebih sering terjadi pada anak-anak dan bayi.
- Jenis kelamin adalah faktor lain yang memengaruhi risiko limfoma. Risiko keseluruhan limfoma non-Hodgkin lebih tinggi pada pria daripada wanita, meskipun ada beberapa jenis limfoma non-Hodgkin yang lebih mungkin berkembang pada wanita.
- Infeksi virus atau bakteri dapat meningkatkan risiko limfoma. Orang yang pernah mengalami infeksi seperti human T-cell leukemia atau lymphotropic virus (HTLV-1), Helicobacter pylori, hepatitis C, atau virus Epstein-Barr (EBV) dikaitkan dengan peningkatan risiko mengembangkan limfoma. Virus EBV, khususnya, adalah virus yang sangat umum dan biasanya menyebabkan mononukleosis, namun pada beberapa orang dapat meningkatkan risiko limfoma Hodgkin.
- Paparan kimia dan radiasi merupakan faktor risiko yang signifikan. Mereka yang terpapar bahan kimia dalam pestisida, pupuk, dan herbisida memiliki risiko yang lebih tinggi. Selain itu, radiasi nuklir juga dapat meningkatkan risiko pengembangan limfoma non-Hodgkin.
- Ukuran badan atau status obesitas juga dianggap sebagai faktor risiko potensial. Seseorang yang mengalami obesitas mungkin berisiko lebih tinggi terkena limfoma, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami hubungan ini dengan lebih jelas.
B. Faktor Risiko Limfoma Hodgkin
- Usia merupakan faktor penting dalam risiko limfoma Hodgkin. Lebih banyak kasus limfoma Hodgkin didiagnosis pada orang berusia antara 20 dan 30 tahun, serta pada orang di atas 55 tahun.
- Jenis kelamin juga menunjukkan perbedaan risiko, di mana pria lebih mungkin daripada wanita untuk mengembangkan limfoma Hodgkin.
- Riwayat keluarga memainkan peran penting dalam menentukan risiko limfoma Hodgkin. Jika saudara kandung kamu didiagnosis dengan jenis kanker ini, risiko kamu untuk terkena kanker akan lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.
- Mononukleosis menular dapat meningkatkan risiko limfoma Hodgkin. Infeksi Epstein-Barr virus (EBV) dapat menyebabkan mononukleosis, dan infeksi ini dapat meningkatkan risiko mengembangkan limfoma Hodgkin.
- Defisiensi imun adalah faktor risiko serius untuk limfoma Hodgkin. Orang dengan HIV atau AIDS memiliki risiko yang jauh lebih besar untuk terkena limfoma, khususnya jenis limfoma yang lebih agresif.
- Gangguan sistem kekebalan tubuh lainnya, seperti penggunaan obat imunosupresif (obat yang menekan sistem kekebalan tubuh, misalnya setelah transplantasi organ), juga dapat meningkatkan risiko limfoma.
- Infeksi virus atau bakteri tertentu juga menjadi faktor risiko untuk limfoma Hodgkin, terutama infeksi Helicobacter pylori yang biasanya menginfeksi lambung.
Diagnosis Limfoma
Proses diagnosis limfoma melibatkan serangkaian pemeriksaan yang dirancang untuk mengkonfirmasi kehadiran kanker dan menentukan jenis serta stadium penyakit. Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami gejala yang mencurigakan, penting untuk memahami prosedur diagnosis yang mungkin akan dijalani.
A. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Medis
Langkah pertama dalam diagnosis adalah pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Dokter akan menanyakan riwayat medis pribadi dan keluarga kamu dengan detail, serta melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi pembengkakan pada kelenjar getah bening yang ada di bagian ketiak, pangkal paha, dan leher. Dokter juga akan meraba organ limpa dan hati yang ada di dalam rongga perut untuk mendeteksi adanya pembesaran yang tidak normal.
B. Pemeriksaan Darah
Setelah pemeriksaan fisik,dokter akan melakukan pemeriksaan darah untuk mendapatkan informasi yang lebih detail. Tes darah ini dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit serta memeriksa fungsi hati dan ginjal.
Selain itu, dokter juga akan memeriksa kadar LDH (lactate dehydrogenase), yang merupakan enzim penting. Pada beberapa pasien dengan kanker limfoma non-Hodgkin, kadar LDH cenderung meningkat, sehingga pemeriksaan ini dapat memberikan petunjuk penting untuk diagnosis.
C. Biopsi: Pemeriksaan Standar Emas untuk Diagnosis
Biopsi kelenjar getah bening yang terkena adalah pemeriksaan standar emas (gold standard) untuk menegakkan diagnosis limfoma, khususnya untuk mengidentifikasi jenis dan subtipe limfoma. Pemeriksaan biopsi sangat penting karena dapat menemukan sel Reed-Sternberg atau sel-sel abnormal lainnya yang menandakan kehadiran kanker.
Biopsi dapat dilakukan dengan dua cara berbeda:
- Open biopsy – dilakukan dengan pembedahan terbuka untuk mengambil seluruh atau sebagian besar kelenjar getah bening yang dicurigai
- Fine needle aspiration biopsy – menggunakan jarum halus untuk mengambil sampel jaringan dari kelenjar getah bening dengan bantuan aspirator
Jaringan yang diambil selama biopsi akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa di bawah mikroskop dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, termasuk pemeriksaan imunohistokimia untuk identifikasi lebih akurat.
D. Aspirasi Sumsum Tulang
Untuk mengetahui apakah ada penyebaran limfoma ke sumsum tulang, dokter mungkin akan melakukan aspirasi sumsum tulang. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengambil sampel jaringan dan darah pada sumsum tulang yang terletak pada tulang panggul dekat pantat. Prosedur ini membantu dokter menentukan stadium penyakit dengan lebih akurat.
E. Pencitraan dan Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan pencitraan adalah bagian penting dari diagnosis dan staging limfoma. Beberapa jenis pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan termasuk:
- USG (Ultrasonografi) – menggunakan gelombang suara untuk melihat organ dan kelenjar getah bening
- CT Scan – memberikan gambaran detail dari massa jaringan lunak dan membantu dokter melihat lokasi kanker
- MRI (Magnetic Resonance Imaging) – termasuk salah satu pilihan modalitas utama untuk mendeteksi, mengelompokkan, dan menentukan stadium limfoma Hodgkin
- PET Scan – membantu dalam mendeteksi aktivitas sel kanker di berbagai bagian tubuh
- Foto Rontgen – khususnya rontgen toraks, dapat membantu diagnosis awal limfoma Hodgkin dengan memberikan gambaran nodul
Pemeriksaan radiologi ini sangat penting untuk menilai lokasi dan stadium dari limfoma serta mengidentifikasi ada tidaknya metastasis ke organ-organ lain.
Metode Pengobatan Limfoma
Berkat kemajuan dalam bidang onkologi, ada berbagai pilihan pengobatan untuk limfoma yang dapat disesuaikan dengan kondisi individu pasien. Pilihan pengobatan tergantung pada jenis limfoma, stadium penyakit, usia pasien, kondisi kesehatan secara keseluruhan, dan respons tubuh terhadap pengobatan sebelumnya.
A. Kemoterapi
Kemoterapi adalah cara utama untuk mengobati kanker kelenjar getah bening atau limfoma dan dinilai paling efektif dalam membunuh sel kanker. Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker atau menghalangi sel kanker agar tidak membelah diri.
Obat kemoterapi diberikan dalam bentuk berbagai cara:
- Pil (oral) – pasien mengonsumsi obat melalui mulut
- Intravena (IV) – obat disuntikkan langsung ke pembuluh darah
Biasanya, pasien kanker kelenjar getah bening menerima lebih dari satu obat kemoterapi yang diberikan secara bersamaan. Kombinasi obat ini dirancang untuk meningkatkan efektivitas pengobatan dan mengurangi kemungkinan sel kanker menjadi resisten terhadap obat.
B. Radioterapi
Radioterapi atau terapi radiasi menggunakan sinar-X berenergi tinggi untuk menghancurkan sel kanker kelenjar getah bening. Berbeda dengan kemoterapi yang menggunakan obat, radioterapi menggunakan energi radiasi yang difokuskan pada area yang terkena kanker.
Jenis pengobatan ini bisa dilakukan untuk menyembuhkan limfoma atau mengendalikan gejala yang muncul. Untuk mencapai tujuan tersebut, radioterapi bisa diberikan sendiri atau dikombinasikan dengan kemoterapi.
Secara umum, radioterapi saja umumnya dapat menyembuhkan kanker getah bening yang berkembang dengan lambat dan masih berada pada stadium awal. Namun, pada limfoma yang berkembang dengan cepat dan berada di stadium lanjut, pengobatan radioterapi biasanya diberikan setelah kemoterapi untuk hasil yang lebih optimal.
C. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang, juga dikenal sebagai transplantasi sel induk, adalah pilihan pengobatan yang dapat dipertimbangkan untuk beberapa kasus limfoma, terutama untuk pasien yang belum merespons dengan baik terhadap kemoterapi atau yang mengalami kekambuhan.
D. Imunoterapi
Imunoterapi adalah jenis pengobatan kanker yang memanfaatkan sistem kekebalan tubuh pasien untuk mengenali dan melawan sel-sel kanker. Beberapa sel kanker dapat bersembunyi dari sistem imun, dan imunoterapi dirancang untuk membantu sistem kekebalan tubuh menemukan sel kanker dan menghancurkannya.
Ada beberapa jenis imunoterapi yang tersedia untuk limfoma:
- Antibodi Monoklonal – protein yang dirancang untuk menempel pada sel kanker dan menandai mereka untuk dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Contohnya adalah rituximab yang menargetkan CD20 pada sel B dan digunakan dalam beberapa jenis limfoma
- Inhibitor Titik Pemeriksaan Imun – obat-obatan seperti antibodi anti-PD-1 atau anti-CTLA-4 memblokir sinyal penghambatan, yang memungkinkan sistem imun mengenali dan melancarkan serangan terhadap sel kanker. Contohnya adalah pembrolizumab dan nivolumab
- CAR-T Cell Therapy – ini adalah terapi inovatif untuk “melatih” sistem imun memerangi limfoma. Dalam prosedur ini, sampel sel darah putih, termasuk sel T, diambil dari pasien dan dibawa ke laboratorium untuk dipaparkan dengan sel kanker. Sel yang telah dilatih ini kemudian dikembalikan ke tubuh untuk melawan sel kanker. Terapi ini telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dalam mengobati beberapa jenis leukemia dan limfoma, termasuk limfoma sel B besar difus
Imunoterapi dapat diberikan sebagai pengobatan tunggal atau dapat diberikan dalam kombinasi dengan kemoterapi, yang disebut sebagai kemoimunoterapi. Namun, imunoterapi tidak cocok untuk semua orang, dan dokter akan mempertimbangkan kesehatan secara keseluruhan, subtipe limfoma, stadium penyakit, dan riwayat pengobatan sebelumnya sebelum merekomendasikan terapi ini.
E. Terapi Target
Terapi target adalah jenis pengobatan yang menargetkan protein atau mutasi spesifik pada sel kanker, sehingga lebih presisi dalam menghancurkan sel kanker sambil meminimalkan kerusakan pada sel normal.
Beberapa contoh terapi target untuk limfoma termasuk:
- Inhibitor Kinase – menghambat enzim yang terlibat dalam sinyal pertumbuhan sel kanker
- Inhibitor Angiogenesis – menghambat pembentukan pembuluh darah baru yang diperlukan oleh tumor untuk tumbuh
F. Pembedahan
Dalam beberapa kasus, terutama untuk limfoma ekstranodal (limfoma yang terjadi di organ di luar kelenjar getah bening), pembedahan dapat dilakukan. Pembedahan biasanya dilakukan sebagai bagian dari pendekatan pengobatan yang komprehensif, sering dikombinasikan dengan radioterapi atau kemoterapi.
Mencegah Limfoma
Meskipun tidak ada cara yang pasti untuk mencegah limfoma sepenuhnya, kamu dapat mengambil berbagai langkah untuk mengurangi risiko mengembangkan penyakit ini. Berikut adalah beberapa strategi pencegahan yang dapat kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
A. Perkuat Sistem Kekebalan Tubuh dengan Gaya Hidup Sehat
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi risiko limfoma adalah dengan memperkuat sistem kekebalan tubuh kamu. Berikut adalah beberapa cara yang dapat kamu lakukan:
- Makan Sehat: Konsumsi makanan kaya nutrisi seperti buah-buahan segar, sayuran hijau, biji-bijian utuh, dan protein tanpa lemak. Hindari makanan olahan, makanan cepat saji, dan minuman manis yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
- Berolahraga Rutin: Aktivitas fisik secara teratur meningkatkan sirkulasi darah, memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan mengurangi stres. Kamu tidak perlu berolahraga intensitas tinggi; berjalan kaki, berenang, atau yoga selama 30 menit setiap hari sudah cukup baik untuk kesehatan.
- Tidur yang Cukup: Tidur yang cukup memungkinkan tubuh memperbaiki dan meregenerasi sel-sel, termasuk sel-sel kekebalan tubuh. Usahakan untuk tidur 7-9 jam setiap malam agar tubuh kamu dapat pulih dengan optimal.
- Kelola Stres: Stres kronis melemahkan sistem kekebalan tubuh dan dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, termasuk kanker. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau menghabiskan waktu di alam dapat membantu mengurangi stres.
B. Hindari Paparan Bahan Kimia Berbahaya
Paparan jangka panjang terhadap bahan kimia tertentu dapat meningkatkan risiko limfoma. Langkah-langkah pencegahan yang dapat kamu ambil termasuk:
- Hindari Pestisida dan Herbisida: Jika kamu menggunakan pestisida dan herbisida di rumah atau kebun, gunakan produk yang lebih aman atau pilih produk organik. Gunakan metode pengendalian hama alami sebagai alternatif.
- Hindari Zat Karsinogen Lainnya: Hindari paparan asap rokok, asap kendaraan bermotor, dan bahan kimia berbahaya di tempat kerja. Jika harus bekerja dengan bahan kimia berbahaya, gunakan alat pelindung diri yang tepat seperti masker, sarung tangan, kacamata, dan pakaian pelindung.
- Gunakan Ventilasi yang Tepat: Untuk mengurangi paparan bahan kimia yang sudah ada di produk rumah tangga, kamu perlu menggunakan ventilasi rumah yang tepat atau sering membuka jendela rumah.
C. Cegah Infeksi yang Berkaitan dengan Limfoma
Sejumlah penyakit infeksi virus dapat meningkatkan risiko kanker getah bening. Berikut adalah cara pencegahan yang dapat kamu terapkan:
- Lindungi Diri dari HIV, HTLV-1, dan Hepatitis C: Kamu dapat mencegah infeksi ini dengan menghindari perilaku yang dapat memicu penularan, seperti menghindari hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan atau menggunakan alat suntik yang sama dengan orang lain, terutama bila orang tersebut memiliki penyakit infeksi.
- Cegah Infeksi Helicobacter pylori dan Virus Lainnya: Untuk mencegah infeksi H. pylori dan infeksi virus lainnya, sebaiknya kamu menjaga kebersihan diri serta memastikan makanan dan minuman yang kamu konsumsi bersih dan telah dimasak dengan baik.
- Hindari Kontak dengan Penderita Infeksi: Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi EBV dan jaga kebersihan tangan dengan baik.
D. Kurangi Konsumsi Alkohol dan Hindari Merokok
Alkohol dan rokok adalah faktor risiko utama untuk berbagai jenis kanker, termasuk kanker getah bening:
- Alkohol: Konsumsi alkohol berlebihan melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko kanker. Jika kamu ingin minum alkohol, lakukan secara moderat dan sesuai dengan rekomendasi kesehatan.
- Merokok: Merokok adalah faktor risiko utama untuk berbagai jenis kanker, termasuk kanker getah bening. Berhenti merokok adalah salah satu langkah pencegahan paling penting yang dapat kamu ambil.
E. Jaga Berat Badan Ideal
Kelebihan berat badan dan obesitas memiliki kaitan yang erat dengan berbagai penyakit, termasuk kanker kelenjar getah bening. Untuk menjaga berat badan ideal, kamu perlu menerapkan gaya hidup yang sehat dengan makan makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup.
F. Jaga Penyakit Terkait Sistem Kekebalan Tubuh Tetap Terkendali
Beberapa penyakit yang menyebabkan masalah pada sistem kekebalan tubuh dapat membuat limfosit tumbuh di luar kendali hingga menyebabkan limfoma, seperti penyakit autoimun atau gangguan imunodefisiensi.
Jika kamu memiliki penyakit seperti ini, langkah pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
- Rutin kontrol ke dokter untuk memantau kondisi penyakitmu
- Menjalani pengobatan seperti yang disarankan dokter
- Menerapkan pola hidup yang sehat agar sistem kekebalan tubuhmu dapat berfungsi dengan baik sekalipun tidak optimal
Prognosis dan Tingkat Keberhasilan Pengobatan Limfoma
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh pasien dan keluarga mereka adalah “Apakah limfoma bisa disembuhkan?” dan “Berapa tingkat keberhasilan pengobatannya?”. Berita baiknya adalah bahwa limfoma, khususnya ketika terdeteksi lebih awal, memiliki tingkat keberhasilan pengobatan yang cukup tinggi.
Secara sederhana, limfoma bisa disembuhkan, dan peluang kesembuhannya akan semakin besar jika ditemukan dalam tahap atau stadium awal. Semakin dini limfoma ditemukan, semakin baik pula peluang kesembuhannya.
Dengan pengobatan yang tepat, limfoma sering kali bisa berada dalam tahap remisi (saat sel kanker tidak berkembang lagi) atau bahkan menyembuhkan sepenuhnya. Dalam dunia medis, ada istilah yang disebut sebagai angka harapan hidup 5 tahun, yang menunjukkan persentase pasien dengan jenis kanker tertentu dalam stadium tertentu yang mampu bertahan hidup dalam waktu lima tahun setelah didiagnosis.
Untuk limfoma Hodgkin, angka harapan hidup 5 tahun secara umum adalah 89%, yang menunjukkan tingkat keberhasilan pengobatan yang sangat tinggi. Bahkan untuk pasien stadium 1, tingkat kelangsungan hidup 5 tahun adalah sekitar 91%, sementara untuk pasien stadium 4, angka ini sedikit menurun hingga mencapai 81%.
Untuk limfoma non-Hodgkin, angka harapan hidup 5 tahun sebesar 74%, yang masih menunjukkan tingkat keberhasilan yang signifikan. Namun, untuk limfoma non-Hodgkin, tingkat kelangsungan hidup berkisar antara 57% hingga 73%, tergantung pada jenis tumor dan stadiumnya.
Penting untuk diingat bahwa angka-angka ini adalah rata-rata statistik dan tidak dapat memprediksi hasil individual. Setiap pasien adalah unik, dan hasil pengobatan dapat berbeda tergantung pada berbagai faktor, termasuk jenis limfoma, stadium, usia, kondisi kesehatan secara keseluruhan, dan respons terhadap pengobatan.
Beberapa jenis limfoma non-Hodgkin yang indolen (tidak muncul gejala dan sel kanker tidak berkembang cepat) juga dapat dikendalikan atau bahkan disembuhkan tanpa pengobatan apa pun dalam beberapa kasus. Pada limfoma non-Hodgkin stadium dini dengan ukuran kecil, kanker dapat diatasi melalui prosedur pengangkatan pada saat dilakukan biopsi, sehingga pasien tidak memerlukan penanganan lebih lanjut.
Limfoma adalah jenis kanker darah yang kompleks namun dapat diobati, terutama jika dideteksi pada tahap awal. Pemahaman yang baik tentang pengertian limfoma, jenis-jenisnya, gejala yang perlu diwaspadai, faktor risiko, proses diagnosis, dan berbagai pilihan pengobatan yang tersedia sangat penting bagi kamu untuk dapat mengambil keputusan yang tepat tentang kesehatan diri sendiri dan keluarga.
Dengan mengenal gejala limfoma lebih awal dan melakukan pemeriksaan medis segera ketika gejala muncul, kamu dapat meningkatkan peluang kesembuhan secara signifikan. Selain itu, dengan menerapkan gaya hidup sehat, menghindari faktor risiko yang dapat dikendalikan, dan menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat, kamu dapat mengurangi risiko mengembangkan penyakit ini.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika kamu mengalami gejala yang mencurigakan atau jika kamu memiliki kekhawatiran tentang kesehatan kamu. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat adalah kunci untuk meningkatkan hasil pengobatan limfoma.


